Wadirut JICT: Pelayanan Bongkar Muat Membaik?

IMG-20180119-WA0002-600x400

Wakil Dirut PT Jakarta International Container Terminal (JICT) Riza Erivan mengatakan kinerja bongkar muat petikemas di terminal tersebut saat ini mulai membaik dengan Gross Container Rate (GCR) rata rata 20 box/jam.

Selain itu pemindahan bongkar kapal ke terminal lain (double berthing) sudah tidak ada lagi. “Sekarang baik bongkar barang impor mau pun muat barang ekspor sudah dilakukan di JICT. Pemindahan bongkar kapal yang bersifat sementara,” katanya menjawab BeritaTrans. com Jumat (19/1 /2018).

Sementara sebuah sumber menyebutkan membaiknya angka produktivitas bongkar muat JICT atau Gross/Container /Rate (GCR) tidak murni tapi karena disiasati dengan memindahkan kapal bongkar di terminal lain.

Kapal tersebut hanya memuat barang ekspor di JICT sehinggga kinerja bongkar muat terlihat membaik. Tapi merugikan JICT dari pendapatan CHC dan storage, tutur sumber terdebut

Dengan alasan kongesti di lapangan dan dermaga, JICT memindahkan kapal untuk bongkar di MAL dan TPK Koja, ujarnya.

Hal ini bertujuan untuk meminimalisir dampak kinerja rendah vendor baru JICT yakni Multi Tally Indonesia (MTI).

Karena jika JICT hanya menangani ekspor, otomatis produktivitas (GCR) dapat ditingkatkan optimal dan aktivitas lapangan penumpukan oleh vendor baru tidak terlalu sibuk.

Padahal fungsi pelabuhan petikemas sejatinya menangani ekspor dan impor. Namun atas nama pembelaan terhadap vendor baru hal ini dilakukan manajemen JICT, katanya.

Simber tadi menyebut fakta lapangan kapal yang bongkar di terminal lain antaranya:

Pelayaran SITC melihat low performace JICT memutuskan sandar di MAL agar schedul tidak rusak

CMA CGM tidak dapat tempat karena sudah delay 3 hari, KMTC ingin di TPK Koja atau JICT yang penting kapal berthing on arrival.

Heung A cenderung antisipasi tempat bongkar agar lebih cepat sandar guna minimalisir dampak delay, ujar sumber tersebut.

Ditanya berapa lama 40 tenaga operator RTGC bantuan Pelindo II ditugaskan di JICT? Riza mengatakan
sekitar 3 bulan.

Tenaga bantuan dari Pelondo II ini bertugas untuk melatih operator RTGC MTI.

Ditanya adanya tenaga bantuan ini kan tidak sesuai dengan isi kontrak JICT- MTI apa akan minta kompensasi? nanti pasti kita bicarakan dengan PT MTI. Sekarang fokus memperbaiki layanan dulu, kata Riza.

Menanggapi ini sumber tadi mengatakan solusi terbaik mestinya manajemen JICT melakukan evaluasi terhadap kinerja MTI.

Jika diperlukan, manajemen JICT dapat memilih vendor yang lebih profesional melalui tender yang transparan dan profesional, katanya.

http://beritatrans.com/2018/01/19/wadirut-jict-pelayanan-bongkar-muat-membaik/

Penghargaan Untuk JICT

 

Penghargaan Untuk JICT

JICT mendapat penghargaan emas untuk kategori “Creative Competition Strategy” dalam ajang BUMN Branding & Marketing Award 2017.

Penghargaan ini, diinisiasi BUMN Track bekerja sama dengan Rumah Perubahan dan Arbey Consulting. Selain JICT, beberapa BUMN dan anak perusahaannya, juga turut mendapatkan penghargaan serupa.

Dari 103 peserta, 70 perusahaan yang terdiri dari 40 BUMN dan 30 anak perusahaannya lolos penjurian tahap kedua untuk wawancara dan pendalaman materi di hadapan dewan juri.

Presiden Direktur JICT, Gunta Prabawa, menyampaikan, perusahaan berupaya untuk selalu inovatif dalam menghadapi ketatnya persaingan bisnis pelabuhan.

“Kami tentu bangga dengan penghargaan ini. Selain itu, JICT menyadari pentingnya menciptakan strategi bisnis baru yang lebih kreatif namun tetap memperhatikan kebutuhan dan kepuasan pelanggan,” ujar Gunta dalam keterangannya, Selasa (19/12).

Gunta menegaskan, untuk ke depan JICT akan terus bersinergi dengan beberapa BUMN guna memenuhi ekspektasi pengguna jasa pelabuhan.

“Kami harus selalu bersiap diri untuk lebih cermat membaca kebutuhan pasar,” kata Gunta.

>>SUMBER<<

JICT Komit Perbaiki Pendidikan di Jakut

JICT Komit Perbaiki Pendidikan di Jakut

Manajemen Jakarta International Container (JICT) berkomitmen bakal terus memperbaiki fasilitas belajar mengajar, termasuk sarana kegiatan belajar mengajar sekolah-sekolah di Jakarta Utara.

Hal itu disampaikan jajaran Direksi bersama tim CSR saat mengunjungi sekolah ‘hijau’ binaan JICT, ‘Green Dock School As Shidiq’, di Plumpang, Jakarta Utara dalam rangka HUT perusahaan yang ke-19, baru-baru ini.

Green dock school merupakan program CSR JICT yang bertujuan untuk merenovasi sekolah, perpustakaan, pengadaan lab komputer dan bahasa inggris serta kurikulum seputar gerakan hijau global.

Kegiatan ini turut dihadiri oleh seluruh peserta program CSR pendidikan JICT, seperti siswa dan guru dari 15 PAUD binaan Jakarta Utara dan juga Rumah Belajar (RumBel).

Wakil Direktur JICT, Riza Erivan mengapresiasi tim CSR JICT lantaran telah sigap serta berkomitmen untuk memperbaiki fasilitas pendidikan di sekolah-sejolah Jakarta Utara.

“Dalam rangka HUT JICT ke-19, Kami sengaja meninjau sekolah hijau binaan, untuk memperbaiki sekolah-sekolah, mulai dari fasilitas sampai kebutuhan sarana kegiatan belajar mengajar. Visi CSR kita jelas, masyarakat Jakarta Utara harus berdaya,” kata Riza dalam surat elektronik yang diterima redaksi, Minggu (8/4).

Dalam kegiatan ini, Direksi JICT bersama para peserta CSR bidang pendidikan melepaskan balon merah putih sebagai simbol tema HUT, ‘JICT For Indonesia’.

Riza menegaskan, pihaknya akan terus memantau program-program CSR agar dapat berjalan konsisten dan memberikan dampak positif terutama untuk masyarakat  Jakarta Utara.

“Kita akan pantau terus. Program CSR ini konsisten dijalankan perusahaan. Keberadaan JICT harus berdampak langsung kepada komunitas dan masyarakat terutama di Jakarta Utara,” tandasnya. >>SUMBER<<

Satu Kata Buat Kepedulian JICT ke Pendidikan: Wow!

 

Ternyata selain fokus pada kualitas kinerja dan pelayanan yang optimal serta memperhatikan kesejahteraan pegawainya, PT Jakarta International Container Terminal (JICT) juga punya kepedulian sosial yang besar lho.

Jadi, bukan mentang-mentang sebagai perusahaan yang memfasiltasi bongkar muat peti kemas, JICT cuek aja sama sekitarnya. Apalagi nih sebagai pelabuhan bongkar muat peti kemas terbesar dan tersibuk di Tanah Air.

(baca:http://nusantara.rmol.co/…/Satu-Kapal-Baru-Sandar-Di-Pelabu…)

Terus apa buktinya?

Ini lho buktinya; sejak tahun 2009, JICT udah amat peduli sama yang namanya kemajuan pendidikan. JICT membangun rumah belajar bakal anak-anak yang nggak bisa lanjutin sekolahnya. Tempatnya dinamakan Dock School.

Dampaknya, ada sekitar 15 ribu masyarakat di Jakata Utara, terutama anak putus sekolah, yang bisa merasakan manfaat rumah belajar dari JICT (www.ekbis.sindonews.com).

Terus pada tahun 2016, JICT ikut mendorong kemajuan 15 sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Jakarta Utara, tepatnya di wilayah Koja, Cilincing dan Tanjung Priok. JICT memberikan bantuan alat peraga edukatif dan kegiatan lainnya seperti story telling serta program pendamping lainnya (sumber: http://www.poskotanews.com).

Sekarang ketahuan deh kalau JICT punya perhatian gede ke sektor pendidikan. Nggak selesai begitu aja, kepedulian JICT pada pendidikan Indonesia terus bergerak. Akhir tahun 2017, JICT kembali memberikan bantuan sarana bermain serta belajar yang lebih lengkap untuk sejumlah PAUD tersebut.

Akhirnya, selain kebutuhan alat pendidikan lengkap, sejumlah PAUD binaan JICT juga didukung fasilitas bermain luar ruangan yang layak dan pembatas kelas menjadi menarik sehingga anak-anak semangat belajar.

Kalau dicermati sih, kepedulian JICT ke sektor pendidikan beralasan jelas banget. Pendidikan khan hak semua warga, setiap orang punya kesempatan yang sama bakal jadi pintar. Dijamin konstitusi lho.

Nah amanat konstitusi itu yang JICT lakukan. Jadi klop banget, udah jaminan layanan ke konsumen memuaskan, pegawai sejahtera, care juga dengan cita-cita dan masa depan anak-anak yang cerah.

Kalau begini, apa masih mau diganggu?*

Duhai, Perhatian dan Peduli JICT Membuat “Meleleh”

44

Bisa bekerja di perusahaan jasa bongkar muat peti kemas nih gaes rasanya bakal jadi impian banyak orang deh. Apalagi kalau perusahaannya itu sekelas PT Jakarta International Container Terminal (JICT).

Heemmm, menggiurkan banget…

Bagaimana nggak bikin menarik dan “meleleh”, siapa sih yang tidak mengetahui serta mengenal JICT? Sebuah perusahaan ternama, terbesar di Tanah Air untuk urusan bongkar muat peti kemas. Nggak berminat? Bohong!

Sudah amat jelas, gaes, karyawannya terjamin secara masa depan, tunjangan penghasilan, asuransi kesehatan, ongkos transportasi. Belum lagi ada tunjangan pendidikan untuk anak dari SD sampai perguruan tinggi.

Eeiiittss, tunjangan itu semua di luar gaji pokok karyawan yang sudah di atas Upah Minimum Pekerja (UMP) yang ditetapkan pemerintah lho. (sumber: http://www.liputan6.com).

Mengenai perhatian ke karyawan, nggak usah ditanya lagi. Karyawan adalah prioritas amat berharga di JICT. Mewujudkan semangat bekerja, rasa kepemilikan perusahaan oleh karyawan dan memberikan keyakinan dalam manajemen perusahaan menjadi prinsip mutlak yang diusung JICT untuk menghasilan komitmen karyawan dengan kinerja berkualitas dan kepuasan ke konsumen. Mantap!

Ingin tahu apa aja beberapa contoh bentuknya, gaes?

Setiap malam tahun baru nih, manajemen JICT selalu memberikan apresiasi kepada pelanggan dan karyawannya di atas kapal. Pihak manajemen perusahaan berkunjung ke minimal lima kapal yang sedang bongkar muat peti kemas. (sumber: http://www.harianterbit.com).

Nggak hanya di malam tahun baru saja, sewaktu mayoritas masyarakat merayakannya dengan berlibur, pelesiran dan lainnya dan JICT ingin karyawan serta pelanggannya juga turut merasakan, pada hari-hari besar nasional seperti HUT Republik Indonesia atau HUT JICT, manajemen perusahaan pasti bikin surprise untuk karyawan sebagai bentuk penghargaan.

So, jelas banget sepertinya: nikmat kebahagiaan apa lagi yang harus dipungkiri dari JICT untuk karyawan, pelanggan dan lebih besar lagi, Indonesia

Bonus Dibayarkan, JICT Sayangkan Perilaku Serikat Pekerja

Serikat pekerja JICT

PT Jakarta International Container Terminal (JICT) menyayangkan tindakan perilaku Serikat Pekerja JICT yang terus menciptakan suasana kerja menjadi tidak kondusif. Padahal, seluruh kewajiban perusahaan kepada pekerja JICT sudah dibayarkan.

“Kami baru saja membayarkan bonus produksi tahun lalu sesuai yang tercantum dalam perjanjian kerja bersama (PKB) dengan pekerja. Perusahaan selalu komitmen untuk memberikan kesejahteraan terbaik kepada pekerja JICT,” ujar Wakil Direktur Utama JICT Riza Erivan di Jakarta, Kamis (26/4).

Sejumlah pekerja yang diinisiasi SP JICT melakukan orasi di kantor JICT. Mereka menolak kebijakan manajemen membayarkan bonus produksi 2017. Para pekerja ini menilai besaran bonus yang mereka terima lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya.

 

Riza menegaskan, besaran bonus yang dibayarkan kepada pekerja JICT sudah sesuai formula yang tercantum dalam PKB. Jika angkanya menurun, hal itu juga dipengaruhi oleh situasi bisnis di 2017 yang dinamis. Selain itu, berbagai aksi demo dan mogok yang dilakukan SP JICT juga berdampak pada kinerja perusahaan tahun lalu.

“Saya tegaskan lagi bahwa bonus yang dibayarkan kepada pekerja JICT ini sudah sesuai dengan perhitungan yang tertuang dalam PKB. Sama sekali tidak benar ada penurunan kesejahteraan 90 persen. Harusnya mereka bersyukur dan lebih giat lagi bekerja, bukan malah menghambat kinerja perusahaan,” tegasnya.

Terkait pembayaran rental fee yang dibayarkan kepada PT Pelindo II, Riza mengatakan, hal itu merupakan bukti komitmen JICT untuk memberikan manfaat lebih besar kepada pemerintah. Apalagi pembayaran rental fee tersebut juga terjadi di terminal-terminal lain seperti TPK Koja, New Priok Container Termimal (NPCT) dan Pelabungan Tanjung Priok (PTP).

Menurut Riza, pembayaran rental fee merupakan upaya konkret yang dilakukan JICT untuk mendukung langkah pemerintah mengembangkan infrastruktur pelabuhan di Indonesia. Apalagi JICT juga dimiliki oleh PT Pelindo II yang merupakan BUMN pelabuhan.

“Sebagai bagian dari BUMN, kami harus berkontribusi lebih besar terhadap keuangan pemerintah melalui pembayaran rental fee. JICT akan terus mengambil inisiatif untuk mendukung penguatan ekonomi nasional lewat pengelolaan terminal yang efisien bagi seluruh pelaku usaha,” tutur Riza.

Sementara itu, Sekjen Serikat Karyawan (Sekar) JICT Mufti mengatakan para karyawan JICT sejatinya menerima keputusan manajemen terkait bonus produksi 2017. Selain sudah sesuai formula dalam PKB, para karyawan ingin lebih fokus bekerja agar kinerja perusahaan terus meningkat.

“Persaingan di Tanjung Priok semakin kompetitif dan membutuhkan komitmen dari seluruh pekerja JICT. Serikat karyawan sudah tidak mempersoalkan besaran bonus 2017. Sudah sesuai aturan juga,” kata Mufti. >>SUMBER<<

JICT Komit Perbaiki Pendidikan di Jakut

JICT Komit Perbaiki Pendidikan di Jakut

Manajemen Jakarta International Container (JICT) berkomitmen bakal terus memperbaiki fasilitas belajar mengajar, termasuk sarana kegiatan belajar mengajar sekolah-sekolah di Jakarta Utara.

Hal itu disampaikan jajaran Direksi bersama tim CSR saat mengunjungi sekolah ‘hijau’ binaan JICT, ‘Green Dock School As Shidiq’, di Plumpang, Jakarta Utara dalam rangka HUT perusahaan yang ke-19, baru-baru ini.

Green dock school merupakan program CSR JICT yang bertujuan untuk merenovasi sekolah, perpustakaan, pengadaan lab komputer dan bahasa inggris serta kurikulum seputar gerakan hijau global.

Kegiatan ini turut dihadiri oleh seluruh peserta program CSR pendidikan JICT, seperti siswa dan guru dari 15 PAUD binaan Jakarta Utara dan juga Rumah Belajar (RumBel).

Wakil Direktur JICT, Riza Erivan mengapresiasi tim CSR JICT lantaran telah sigap serta berkomitmen untuk memperbaiki fasilitas pendidikan di sekolah-sejolah Jakarta Utara.

“Dalam rangka HUT JICT ke-19, Kami sengaja meninjau sekolah hijau binaan, untuk memperbaiki sekolah-sekolah, mulai dari fasilitas sampai kebutuhan sarana kegiatan belajar mengajar. Visi CSR kita jelas, masyarakat Jakarta Utara harus berdaya,” kata Riza dalam surat elektronik yang diterima redaksi, Minggu (8/4).

Dalam kegiatan ini, Direksi JICT bersama para peserta CSR bidang pendidikan melepaskan balon merah putih sebagai simbol tema HUT, ‘JICT For Indonesia’.

Riza menegaskan, pihaknya akan terus memantau program-program CSR agar dapat berjalan konsisten dan memberikan dampak positif terutama untuk masyarakat  Jakarta Utara.

“Kita akan pantau terus. Program CSR ini konsisten dijalankan perusahaan. Keberadaan JICT harus berdampak langsung kepada komunitas dan masyarakat terutama di Jakarta Utara,” tandasnya. >>SUMBER<<

Serikat Karyawan Ungkap Penolakan Perpanjangan Kontrak JICT-Pelindo II

Foto Berita Serikat Karyawan Ungkap Penolakan Perpanjangan Kontrak JICT-Pelindo II

Serikat Karyawan (Sekar) PT Jakarta International Container Terminal (JICT) akhirnya membuka suara ihwal gerakan menolak perpanjangan kontrak JICT-Pelindo II.

Sekretaris Jendral Serikat Karyawan JICT, Mufti, mengatakan sebagian karyawan yang menolak perpanjangan kontrak itu mengincar pesangon besar.

“Itu ada dalam perjanjian kerja bersama (PKB) antara pekerja dan direksi JICT,” ungkap Muft dalam rilisnya di Jakarta, Minggu (25/3/2018).

PKB 2013-2015 yang ditandatangani SP JICT dan Direksi JICT, dalam pasal 99, tercantum beberapa klausul kewajiban perusahaan yang harus dibayarkan kepada pekerja jika kontrak JICT berakhir. Dari lima poin dalam pasal 99 itu, poin E menyebut klausul tentang rasionalisasi.

Kompensasi perusahaan kepada para karyawan adalah 10 x masa kerja (dalam tahun) x upah pokok. Sederhananya, seorang karyawan JICT dengan masa kerja 20 tahun akan mendapat pesangon 200 kali gaji pokoknya saat kontrak JICT berakhir di 2019.

Sementara itu, gaji pokok dan penghasilan pekerja JICT hingga kini merupakan salah satu yang tertinggi di Indonesia.

Dokumen penghasilan pekerja JICT yang pernah beredar ke publik menyebut penghasilan pekerja di JICT berkisar antara Rp600juta-Rp1,6 miliar per tahun atau Rp50 juta-Rp133 juta per bulan di tahun 2016 silam.

“Yang ada di pemikiran pekerja level grass root, jika dilakukan rasionalisasi, mereka akan mendapatkan uang pesangon yang banyak. Padahal, itu salah karena rasionalisasi baru dilakukan jika JICT dibubarkan,” ujar Mufti.

Ia menambahkan jika kontrak JICT tidak diperpanjang, sebagai entitas usaha, JICT tidak serta merta bubar dan sebagai perseoan terbatas kepemilikan saham perusahaan tetap sama yaitu Pelindo II dan Hutchison Port Holding.

Itu sebabnya Sekar JICT mendorong perpanjangan kontrak. Selain memberikan kepastian mengenai nasib karyawan, juga akan menguntungkan konsumen dan ekonomi Indonesia. Menurut dia, investasi di JICT akan terus membesar, sehingga kualitas dan kecepatan layanan yang meningkat akan mendorong efisiensi logistik di pelabuhan.

“Menurut kami, perpanjangan kerja sama memberikan manfaat jangka panjang bagi para karyawan. Kalau kontrak berakhir, status karyawan JICT justru menjadi tidak jelas. Karena itu, fokus kami saat ini adalah bekerja profesional agar perusahaan maju dan karyawan juga makin sejahtera,” katanya. >>SUMBER<<

Luar Biasanya JICT, dari Dirundung Masalah Justru Jadi Terbaik

Image result for jict

Perusahaan mana sih yang tidak pernah mendapat masalah atau hambatan saat melakukan aktivitas usahanya? Setiap perusahaan pasti pernah mengalaminya. Namun tergantung perusahaan tersebut gimana cara menyelesaikannya.

Nah, contoh salah satu perusahaan yang pernah dihantam kendala namun mampu bangkit lagi menuju sukses, bahkan dapat penghargaan bergengsi itu bisa menilik PT Jakarta International Container Terminal (JICT).

Dulu, JICT pernah mengalami penurunan dalam pelayanan bongkar muat peti kemas. Gara-gara para eks karyawannya mogok kerja dengan alasan minta kenaikan gaji. Unjuk rasa itu berkali-kali dan akhirnya produktivitas kerja terganggu.

Padahal, gaji perbulan para pekerjanya mulai dari terkecil Rp 35,9 juta hingga yang tertinggi Rp 132 juta. Bahkan kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan, gaji pegawai JICT terbesar kedua di dunia (sumber: http://www.bisnis.liputan6.com).

Heran ya, kenapa malah aksi mogok kerja?

Sebagai perusahaan bongkar muat peti kemasi tersibuk dan terbesar di Indonesia, JICT punya solusi jitu bakal mengantisipasi aksi mogok kerja itu. JICT menggunakan rencana darurat mengalihkan layanannya ke terminal 3 dan Terminal Peti Kemas Koja (sumber: https://www.merdeka.com).

Tapi untung banget akhirnya dalam unjuk rasa mogok kerja itu, banyak pekerja yang sadar kalo aksinya ditunggangi buat kepentingan tertentu. Alhasil,  banyak pekerja menghentikan aksinya.

Terus dan terus, JICT berbenah diri menciptakan inovasi dan strategi untuk meningkatkan kualias pelayanannya. Terbukti, pada 14 Desember 2017, JICT mendapatkan penghargaan dari ajang BUMN Branding and Marketing Award 2017 yakni Gold Award kategori Creative Competition Strategy.

“Kami tentu bangga dengan penghargaan ini. Selain itu JICT menyadari pentingnya menciptakan strategi bisnis baru yang lebih kreatif namun tetap memperhatikan kebutuhan dan kepuasan pelanggan,” kata Presiden Direktur JICT Gunta Prabawa, Selasa, 19 Desember 2017 _(sumber: http://www.industri.bisnis.com/)_.

Wah salut ya sama JICT yang bisa melalui masalah dan berujung mendapatkan penghargaan. Nggak salah kalau JICT jadi perusahaan layanan bongkar muat peti kemas terbaik di Indonesia.*

Persiapan DO Online, JICT Gelar Workshop dengan Perusahaan Pelayaran, TPS dan TPP

Di tahun 2018 ini disaat bisnis atau pelaku usaha diwajibkan menerapkan sistem online berbasis digital, saat ini sesuai amanah PM 120/2017 yang mewajibkan pelaksanaan Delivery Order (DO) Online diseluruh Badan Usaha Pelabuhan (BUP) di Indonesia dan untuk memantapkan hal itu Terminal Petikemas JICT sudah menggelar workshop dengan perusahaan pelayaran, Tempat Penimbunan Sementara (TPS) dan Tempat Penimbunan Pabean (TPP).

Wakil Dirut JICT Riza Erivan mengatakan perusahaan pelayaran/agen yang belum mengikuti pelatihan atau belum online kita ikutkan dalam workshop di Sentul, Bogor selama dua hari.

“DO Online terdiri atas dua bagian yaitu antara Terminal Petikemas seperti JICT dan Shipping Line sudah siap melaksanakan DO Online saat diwajibkan 6 bulan mendatang,” tuturnya, Selasa (13/2/2018).

Sementara DO Online antara cargo owner (consignee) dan perusahaan pelayaran masih banyak belum online tapi itu sebenarnya bukan tanggung jawab terminal, kata Riza Erivan.

Namun, tambah Riza, JICT sedang mempersiapkan system untuk membantu DO online antara shipping line dengan consignee.

” Saya dengar anak perusahaan Pelindo II ILCS juga membuat system ini cuma saya gak tau sampai di mana progresnya,” ujar Riza.

Dalam PM 120/2017 tentang DO Online yang diterbitkan 28 Desember 2017 disebutkan penerapan DO Online untuk kelancaran arus barang dan menurunkan biaya logistik.

Pada pasal 3 (1) disebutkan Badan Usaha Pelabuhan (BUP) selaku pengelola terminal, perusahaan angkutan laut, perusahaan jasa pengurusan transportasi/wakil pemilik barang wajib menerapkan sistem DO Online untuk barang impor.

Selanjutnya pada Pasal 3 (4) ditegaskan BUP, perusahaan angkutan laut, perusahaan jasa pengurusan transportasi/wakil pemilik barang yang tidak menerapkan pelayanan DO Online akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan perundang undangan. >>SUMBER<<